Ibu guru kami
pandai bernyanyi
pandai bercerita
asik sekali
pandai bercerita
asik sekali
kami dibimbingnya
dengan spenuh hati
jadi orang berguna
dengan spenuh hati
jadi orang berguna
di kemudian hari”
Cuplikan
lagu karya Ibu Soed tersebut sangat akrab di telinga dan tidak lekang oleh
waktu. Syair lagu berisi rangkaian kata yang sederhana namun sanggup meyakinkan
siapapun yang mendengar akan setuju dengan jasa yang telah diberikan oleh para
guru sejak kita memasuki jenjang PAUD, Taman Kanak-Kanak hingga lepas bangku
SMA.
Tanggal 25
November setiap tahun diperingati sebagai Hari Guru Nasional sebagai bentuk
penghargaan Negara kepada para guru yang berkarya bagi anak bangsa di penjuru
dunia, tidak hanya di pelosok Indonesia tetapi juga bagi guru yang berkarya
bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di ladang-ladang sawit di Malaysia,
di sekolah Indonesia di berbagai negara.
Kerap
profesi guru dijalani karena terpaksa sebagai batu loncatan sebelum mendapatkan
pekerjaan seperti yang diharapkan. Namun kenyataan berkata lain, dari benci
menjadi rindu, dari keterpaksaan menjadi kesukarelaan, dari pengabdian menjadi
kerinduan agar hari cepat berganti pagi karena ingin segera bertemu dengan
anak-anak didiknya. Mendengar celoteh, rengekan, nyanyian dan tarian anak-anak
yang masih lugu dan polos.
Menjadi guru
PAUD, Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal (RA) bukanlah profesi ringan. Sebab,
berbeda dengan guru-guru di jenjang sekolah lain, yang dihadapi para guru
PAUD/TK/RA adalah anak-anak usia 2 -6 tahun.
Fase usia
yang merupakan fase emas (golden age) terjadi pembentukan otak anak yang
menjadi dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena itu, seorang guru
pendidikan usia dini harus memiliki bekal cinta, kesabaran, dan keilmuan yang
mumpuni.
Kenyataannya,
mengajar di level pendidikan anak usia dini (PAUD) tidaklah mudah. Selain harus
ekstra sabar, guru PAUD akan menjadi contoh bagi anak didiknya. Guru jenjang
usia dini juga harus mampu bekerja sama dengan orang tua untuk menciptakan
suasana yang kondusif, baik di sekolah maupun di rumah.
Ketua Umum
Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi),
Prof Dr Ir Netti Herawati, MSi mengatakan, anak-anak PAUD membutuhkan guru-guru
yang tidak hanya menyatakan kebaikan, tetapi juga melakukan kebaikan. Sebab, di
usia nol sampai enam tahun, anak-anak melakukan sesuatu berdasarkan apa yang
mereka lihat sehari-hari.
Jadi pertama
adalah membangun integritas gurunya dahulu. Kedua seorang guru PAUD juga harus
tahu perkembangan anak, dan terakhir memahami prinsip pendidikan PAUD. KarenA
itu, menemukan guru PAUD yang mencakup tiga kompetensi tidak mudah, imbuh
Netti.
Apalagi,
guru-guru PAUD yang ada saat ini adalah hasil pendidikan di masa lalu yang dari
segi zaman saja sudah berbeda. "Tetapi tentu itu dapat diatasi dengan
pelatihan. Seorang guru kuncinya adalah memberikan pengalaman yang menyenangkan
bagi anak-anak. Sebab, jika mereka tidak membuat suasana yang menyenangkan,
ingatan anak itu sangat kuat sehingga justru membuat mereka tak mau
belajar," ujarnya.
PAUD, TK
atau RA, bukan sekolah. Pendidikan jenjang usia dini sesungguhnya adalah taman
bermain (Kindergarten) . Karena itu, anak harus senang. Di tingkat ini,
anak-anak dikenalkan pada konsep jujur dan disiplin dengan cara bernyanyi dan
bermain.
Guru jenjang
anak usia dini memiliki tanggung jawab sangat besar. Karena awal kehidupan
berada usia dini. Peran guru PAUD sangat vital untuk mencetak
generasi emas. Pondasi pendidikan berada di usia dini, maka tugas
pendidik pada jenjang dini bukan lagi sekadar tanggung jawab tetapi tugas
mulia .
Sumber : Salam Guru Indonesia