Perilaku korupsi tak kalah bahayanya dengan persoalan narkoba yang membelenggu Indonesia. Maka itu perlu gerakan bersama melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak usia dini, untuk memberantas tindakan korupsi. Salah satunya caranya menanamkan nilai integritas kepada anak-anak melalui musik.
Direktorat Pendidikan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yoyok Prakoso menyebutkan terdapat tiga poin penting dalam pemberantasan korupsi yaitu penindakan, pencegahan dan partisipasi publik. “Antikorupsi itu bisa dicegah dari lingkungan rumah,” ucap Yoyok saat acara road show album anak antikorupsi ‘Lagu Anak Hebat’ di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Kota Bandung, Minggu (17/4/2016).
Sedikitnya 50 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari Bandung Raya mengikuti kegiatan workshop ‘Lagu Anak Hebat’ yang bertujuan mentransfer nilai integritas secara unik dan kreatif di lingkungan belajar mengajar. Album ‘Lagu Anak Hebat’ telah diluncurkan pada Maret 2016 lalu di Jakarta. Kelahiran album berisi 10 lagu anak ciptaan Djito Kasilo itu kerja sama antara ICW, KPK, Kemendikbud dan Komunitas Mari Bernyanyi.
Lewat lagu-lagu ini anak diperkenalkan dengan nilai jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil. Yoyok merespons positif aksi kolaborasi menanamkan kesadaran antikorupsi semenja dini via lagu anak dengan menggandeng para guru PAUD.
“Sekarang itu persoalan utama selain narkoba ialah korupsi. Perlu kolaborasi bareng untuk berpartisipasi memberantas korupsi,” kata Yoyok.
Kepala PP PAUD dan Dikmas Disdik Jabar M Hasbi menyatakan peran orang tua dan guru sangat penting mencegah secara aktif benih-benih korupsi. Tujuannya agar generasi bangsa mendatang tidak menjadi bibit-bibit pelaku korupsi yang telah menjadi penyakit kronis di negeri tercinta ini.
“Kegiatan seperti ini bermaksud untuk menyentuh para orang tua memberikan teladan sepulang anak dari sekolah. Pihak sekolah juga perlu menanamkan dan menerapkan ciri-ciri antikorupsi kepada anak didiknya. Satu contohnya mengedepankan kejujuran,” tutur Hasbi.
Dalam kegiatan melibatkan puluhan tersebut guru PAUD tersebut di Bandung, ICW menggandeng Komunitas Jendela Ide. Berbeda dengan acara serupa di kota lainnya, para guru PAUD se-Bandung Raya ini didorong untuk menggubah sejumlah lagu dari album ‘Lagu Anak Hebat’.
“Nantinya guru-guru PAUD ini menjadi agen perubahan, lalu menyebarkan di masing-masing lingkunganya. Hasil gubahan lagu itu disesuaikan dengan segmen anak, konsep pertumbuhan anak, dan jangkauan berisikan tentang nilai integritas,” ujar Marintan Sirait, pendiri Yayasan Jendela Ide.
Melawan dan memberantas korupsi dapat dilakukan masyarakat melalui berbagai cara, strategi dan metode. Musik salah satu media yang relevan lantaran bisa diapresiasi oleh segala usia, termasuk bocah-bocah usia dini.
“Kegiatan ini sangat baik bagi guru-guru karena dapat mengembangkan ruang eksplorasi dan kreatifitas mereka dalam proses belajar mengajar,” tutur Marintan.
Metode digulirkan pada workshop ini ialah Tadasa atau berbagi kata, nada dan rasa yang merupakan metode pembuatan lagu melibatkan anak-anak sebagai subjek sekaligus objek. Aktivis ICW, Sely Martini, berharap guru-guru PAUD terus bertahap menyampaikan nilai integritas berkaitan proses belajar mengajar melalui musik yang menyenangkan dan mudah dicerna anak-anak.
“Pendidikan antikorupsi tak hanya didapat dalam pendidikan formal baku di sekolah, namun juga dikemas secara ringan dan mudah diingat,” ucap Sely.
Wakil Koordinator ICW, Agus Sunaryanto, menegaskan gerakan sosialisasi nilai integritas serta melawan budaya korupsi harus terus bergulir kencang ke semua lini. Melalui musik diharapkan dapat membangun budaya, lingkungan dan karakter anak berintegritas.
Pendekatan lewat musik diharapkan sebagai salah satu cara mencetak anak-anak bermental antikorupsi. Tentu saja, menurut Agus, perlu peranan orang tua dan guru guna mewujudkan hal tersebut. “Mari berjamaah berantas dan melawan korupsi dengan menanamkan nilai-nilai antikorupsi dari keluarga,” ujar Agus.