GENERASI EMAS DI GENGGAMAN GURU USIA DINI

Rabu, 07 Desember 20160 komentar



Ibu guru kami
pandai bernyanyi
pandai bercerita
asik sekali
kami dibimbingnya
dengan spenuh hati
jadi orang berguna
di kemudian hari”
Cuplikan lagu karya Ibu Soed tersebut sangat akrab di telinga dan tidak lekang oleh waktu. Syair lagu berisi rangkaian kata yang sederhana namun sanggup meyakinkan siapapun yang mendengar akan setuju dengan jasa yang telah diberikan oleh para guru sejak kita memasuki jenjang PAUD, Taman Kanak-Kanak hingga lepas bangku SMA.
Tanggal 25 November setiap tahun diperingati sebagai Hari Guru Nasional sebagai bentuk penghargaan Negara kepada para guru yang berkarya bagi anak bangsa di penjuru dunia, tidak hanya di pelosok Indonesia tetapi juga bagi guru yang berkarya bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di ladang-ladang sawit di Malaysia, di sekolah Indonesia di berbagai negara.
Kerap profesi guru dijalani karena terpaksa sebagai batu loncatan sebelum mendapatkan pekerjaan seperti yang diharapkan. Namun kenyataan berkata lain, dari benci menjadi rindu, dari keterpaksaan menjadi kesukarelaan, dari pengabdian menjadi kerinduan agar hari cepat berganti pagi karena ingin segera bertemu dengan anak-anak didiknya. Mendengar celoteh, rengekan, nyanyian dan tarian anak-anak yang masih lugu dan polos.          
Menjadi guru PAUD, Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal (RA) bukanlah profesi ringan. Sebab, berbeda dengan guru-guru di jenjang sekolah lain, yang dihadapi para guru PAUD/TK/RA adalah anak-anak usia 2 -6 tahun.
Fase usia yang merupakan fase emas (golden age)  terjadi pembentukan otak anak yang menjadi dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena itu, seorang guru pendidikan usia dini harus memiliki bekal cinta, kesabaran, dan keilmuan yang mumpuni.
Kenyataannya, mengajar di level pendidikan anak usia dini (PAUD) tidaklah mudah. Selain harus ekstra sabar, guru PAUD akan menjadi contoh bagi anak didiknya. Guru jenjang usia dini  juga harus mampu bekerja sama dengan orang tua untuk menciptakan suasana yang kondusif, baik di sekolah maupun di rumah.
Ketua Umum Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi), Prof Dr Ir Netti Herawati, MSi mengatakan, anak-anak PAUD membutuhkan guru-guru yang tidak hanya menyatakan kebaikan, tetapi juga melakukan kebaikan. Sebab, di usia nol sampai enam tahun, anak-anak melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat sehari-hari.
Jadi pertama adalah membangun integritas gurunya dahulu. Kedua seorang guru PAUD juga harus tahu perkembangan anak, dan terakhir memahami prinsip pendidikan PAUD. KarenA itu, menemukan guru PAUD yang mencakup tiga kompetensi tidak mudah, imbuh Netti.
Apalagi, guru-guru PAUD yang ada saat ini adalah hasil pendidikan di masa lalu yang dari segi zaman saja sudah berbeda. "Tetapi tentu itu dapat diatasi dengan pelatihan. Seorang guru kuncinya adalah memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Sebab, jika mereka tidak membuat suasana yang menyenangkan, ingatan anak itu sangat kuat sehingga justru membuat mereka tak mau belajar," ujarnya.
PAUD, TK atau RA, bukan sekolah. Pendidikan jenjang usia dini sesungguhnya adalah taman bermain (Kindergarten) . Karena itu, anak harus senang. Di tingkat ini, anak-anak dikenalkan pada konsep jujur dan disiplin dengan cara bernyanyi dan bermain.
Guru jenjang anak usia dini memiliki tanggung jawab sangat besar. Karena awal kehidupan   berada usia dini. Peran guru PAUD  sangat vital untuk mencetak generasi emas. Pondasi pendidikan berada di usia dini, maka  tugas pendidik pada jenjang dini bukan lagi sekadar  tanggung jawab tetapi tugas mulia . 


Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015-2017. UPT IP. Kecamatan Muara Uya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger