Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar?

Kamis, 28 April 20160 komentar



Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar?
Demikian Pertanyaan, pembahasan dan tema diskusi Hari ini, ( Rabu, 23 Maret 2016 ) bertempat di PAUD TK Tunas Abadi Jaya - Lano, pada pertemuan Pokja Kepala TK se Kec. Muara Uya & Jaro ini, dihadiri oleh Sebagian Kepala TK dikarenakan hari ini Hujan sangat lebat setengah Hari. Juga dihadiri Bapak H. Shopia elhadi, S.Ag.,M.M.Pd. Kepala UPT Inspeksi Pendidikan Kecamatan Muara Uya & Jaro dan Penilik PAUDNI. 

Sebelumnya kita simak dahulu Apakah yang Dimaksud Pendekatan Saintifik ? Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan dalam membangun cara berpikir agar anak memiliki kemampuan menalar yang diperoleh melalui proses mengamati sampai pada mengomunikasikan hasil pikirnya.
Hal ini didasarkan pada pemikiran Piaget yang mengatakan bahwa “Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang diperolehnya”.

Vygotsky berpendapat bahwa “Lingkungan, termasuk anak lain atau orang dewasa dan media sangat membantu anak dalam belajar untuk memperkaya pengalaman anak. Untuk itu, kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak agar memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang merupakan proses hasil penyelidikan (investigasi) anak terhadap lingkungannya.
Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar
Anak usia dini dapat belajar melalui apapun. Melalui pemahaman terhadap cara anak usia dini belajar, maka guru dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan cara belajar anak. Untuk mendapatkan penjelasan mengapa perlu pendekatan saintifik, maka guru perlu mengenali tentang anak usia dini, cara belajar anak dan prinsip pembelajaran pada PAUD.
Cara Belajar Anak Usia Dini
1. Anak belajar secara bertahap.
Anak adalah pembelajar alami dan sangat senang belajar. Anak belajar sejak lahir. Anak senang mencari pemecahan dari masalah yang dihadapinya. Ia belajar dengan cara :
§  bertahap sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan berpikirnya.
§  mulai segala sesuatu dari hal-hal yang bersifat konkrit ke abstrak.
§  menggunakan seluruh inderanya: mengamati, membau, mende- ngarkan bunyinya, merasakan, mencicipi, mendorong, menarik, bahkan menggerak-gerakkan dengan berbagai cara yang disukainya, dll.

2. Cara berpikir anak bersifat khas.
§  Cara anak berpikir berakar dari pengalamannya sehari-hari. Sumber pengalaman anak didapat dari:
pengalaman sensory dengan menggunakan seluruh inderanya (penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, pengecap)
§  pengalaman berbahasa saat mereka berkomunikasi dengan teman, orang tua, guru atau orang lain.
§  pengalaman budaya dalam bentuk kebiasaan di rumah, nilai yang diterapkan dalam keluarga termasuk yang berlaku di lingkungan.
§  pengalaman sosial dari teman sepermainan, perilaku orang dewasa, dll
§  pengalaman yang bersumber dari media masa, misal dari surat kabar, majalah, televisi, radio, dll.

3. Anak belajar dengan berbagai cara.
Anak senang mengamati dan menggunakan mainannya dengan berbagai cara. Misalnya mobil-mobilan dapat digerakkan maju mundur, dimainkan rodanya, dibongkar, dll. Namun, orang dewasa sering hanya menginginkan anak bermain seperti yang dipikirkan mereka.
4. Anak belajar saat bersosialisasi.
Anak belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan lainnya berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi dengan teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di sekitarnya
Contoh penerapan pedekatan saintifik bagi lingkup perkembangan kognitif
“Bunda, semutnya kok ada yang besar dan ada yang kecil?” tanya Dito pada Bu Sinta.
Bu Sinta menimpali, “Oh begitu ya, kalau warnanya sama tidak ya?”
“Tidak Bunda, ada yang merah, ada yang merah sedikit, ada yang hitam, ada juga yang hitamnya tidak hitam sekali tuh Bun.” Jawab Dito
“Jadi, yang sama apanya?” tanya Bu Sinta
“Kalau bentuknya sama Bun, tapi warna dan ukurannya beda.” Jawab Dito
“Binatang apalagi ya yang bentuknya sama, tapi ukurannya dan warnanya beda?” tanya Bu Sinta
“Oh iya ya Bunda, binatang yang lain juga. Kucing, ayam, burung, kupu-kupu. Mereka juga ukuran dan warnanya beda, tapi badannya sama.” Jawab Dito

Dari kegiatan pengamatannya, Dito menemukan informasi yang menggelitik rasa ingin tahunya tentang semut. Dito menemukan informasi melalui pengamatan dan dukungan dari Bu Sinta.

Selain diskusi tentang metode pembelajaran saintifik, juga dibahas tentang upaya peningkatan mutu administrasi Lembaga PAUD menuju penilaian berupa akreditasi PAUD.
Sumber Link :
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015-2017. UPT IP. Kecamatan Muara Uya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger